Thursday, 7 April 2016

Behaviorisme






PSIKOTERAPI
Behaviorisme

Nama    : Widya Anissa Wiranti
Kelas     : 3PA02
NPM     : 19513264

https://t2.ftcdn.net/jpg/00/48/74/05/500_F_48740541_ZN6zHKyZWPyMCvUXZul7mB2fclNzUQFt.jpg 

Universitas Gunadarma




Konsep Dasar Teori Behaviorisme
Konselor behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan  suatu kepedulian  utama dari para konselor  sebagai  kriteria  pengukuran  keberhasilan konseling. Manusia menurut pandangan ini bukan hasil  dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
 http://image.slidesharecdn.com/teori-belajar-behavioristik1-120413113026-phpapp01/95/psikologi-behavioristik-4-728.jpg?cb=1334317652
Dalam konsep bahvioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga  dapat  diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.

Sejarah Perkembangan Teori Behaviorisme

Steven   Jay   Lynn   dan   John   P.   Garske   (1985)   menyebutkan   bahwa   di kalangan konselor/psikolog,  teori  dan  pendekatan  behavior  sering  disebut  sebagai
modifikasi  perilaku (behavior  modification)  dan  terapi  perilaku  (behavior  therapy),  sedangkan menurut  Carlton  E. Beck  (1971)  istilah  ini  dikenal  dengan behavior  therapy,  behavior counseling,  reinforcement therapy, behavior modification, contingency management. Istilah pendekatan behavior pertama kali  digunakan  oleh  Lindzey  pada  tahun  1954 dan  kemudian lebih  dikenalkan  oleh  Lazarus pada tahun 1958. Istilah pendekatan tingkah laku lebih dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat   lebih   terkenal   dengan   istilah behavior modification. Di   kedua   negara   tersebut pendekatan tingkah laku terjadi secara bersamaan.
            Peristiwa   penting   dalam   salah   satu   sejarah   perkembangan   behavioristik   adalah
dipublikasikannya  tulisan  seorang  psikolog  Inggris  yaitu  H.J.  Eysenck  tentang  terapi  behavior pada  tahun  1952.  Di  bawah  pimpinan  H.J.  Eysenck,  Jurusan  Psikologi  di  Institut  Psikiatri memiliki  dua  bidang  yaitu  bidang  penelitian  dan  bidang  pengajaran  klinis.  Bidang  penelitian lebih mengembangkan dimensi tingkah laku untuk menjelaskan abnormalitas tingkah laku yang dirumuskan  oleh  Eysenck,  sedangkan  dalam  bidang  pengajaran  klinis  menyelenggarakan latihan  bagi  sarjana-sarjana  psikologi  klinis.  Dalam  tahap  awal  perkembangannya batasan pendekatan behavior diberikan sebagai aplikasi teori belajar modern pada perlakuan masalah-masalah klinis.
          B.F.  Skinner  pada  tahun  1953  menulis  buku Science  and  Human  Behavior, menjelaskan tentang  peranan  dari  teori  operant  conditioning  di  dalam  perilaku  manusia. Pendekatan behavior  merupakan  pendekatan  yang  berkembang  secara  logis  dari  keseluruhan sejarah psikologi  eksperimental.  Eksperimen  Pavlov  dengan classical  conditioning dan Bekhterev dengan instrumental   conditioning-nya   memberikan   pengaruh   besar   terhadap pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai kegunaan teori dan tekniknya dalam memecahkan masalah   tingkah   laku   abnormal   seperti hysteria,   obsessionel   neurosis dan paranois.
http://image.slidesharecdn.com/persentasipptpsikologipurposiverefleksismedanbehaviorisme-131119001256-phpapp02/95/persentasi-ppt-psikologi-purposive-refleksisme-dan-behaviorisme-lasidaniati-leonart-m-resa-d-agustina-6-638.jpg?cb=1384820447
Perkembangan   ini   diperkuat   dengan   tulisan dari   Joseph   Wolpe   (1958) dalam bukunya Psychotherapy  by  Reciprocal  Inhibition yang  menginterpretasi  dari  perilaku  neurotis manusia dengan  inspirasi  dari  Pavlovian  dan  Hullian  serta  memberikan  rekomendasi  teknik khusus dalam  terapi  behavior  yaitu  desentisisasi  sistematis  (systematic  desensitization)  dan pelatihan asertivitas   (assertiveness   training).   Pada   tahun   1960-an   muncul   gagasan   baru yang mengemukakan  tentang  terapi  behavior  dan  neurosis  oleh  Eysenck  yang  pada  akhirnya berpengaruh    besar    pada Principles    of    Behavior    Modification dari    Bandura    (1969). Perkembangan  yang  pesat  membawa  terapi  behavior  untuk  pertama  kalinya  ditulis  dalam publikasi  ilmiah  yaitu Behavior  Research  and  Therapy dan Journal  of  Applied  Behavior Analysis.  Akhir  tahun  1960-an  dimasukkan  elemen  baru  dalam  konsep  terapi  perilaku  yaitu imitation  learning  and  modeling dimana  pada  saat  yang  sama,  psikologi  juga  memberi perhatian pada imitation. Tahun 1960-an dan di tahun 1970-an awal, Albert Bandura mengganti titik  tekan  perhatiannya  pada  teknik  perilaku  baru  yaitu participant modeling. Perkembangan selanjutnya adalah digagasnya teori dan metode cognitive-behavioral dengan pendekatan A-B-Cs oleh Albert Allis pada tahun 1970-an. Kontributor dari pendekatan baru ini adalah Aaron T. Beck (1976),   Donald   Meichenbaum   (1977)   dan   Albert   Bandura   dengan   konsep   yang dikemukakan  adalah self-efficacy, manifestasi  dari  pendekatan  belajar  sosial  (social  learning approach). Social learning theory merupakan kombinasi dari classical dan operant conditioning.
         Awal  tahun  1980-an  muncul  pembaharuan  behaviorisme  yaitu  neo-behaviorisme  yang menekankan  pada classical  conditioning dalam  etiologi  dan  perlakuan  (treatment)  terhadap neurosis, dimana  konsep  baru  ini  berlawanan  dengan  sebutan black  box/black  boxes. Pada akhir tahun  1980-an konsep  behaviorisme  difokuskan  pada behavioral medicine yang  merujuk pada  pendekatan  psikologis  yang  menangani  kondisi physical  or  medicine  disorder. Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam perkembangan konsep ini di tahun tahun 1980-an peran emosi  ditekankan,  dua  hal  yang  sangat  penting  untuk  dikembangkan  dalam  behaviorisme adalah ; (1) cognitive behavior therapy sebagai kekuatan utama, dan (2) mengaplikasikan teknik terapi behavioral untuk mencegah dan memberi perlakuan pada medical disorders. Pada akhir tahun  1980 Association  for  Advancement  of  Behavior  Therapy telah  memiliki  anggota  kurang lebih 4.300 orang dan tidak kurang dari 50 jurnal sebagai media publikasi ilmiah. Adapun tokoh-tokoh  pengembang  behaviorisme  adalah  ;  Skinner,  Pavlov,  Eysenck,  Joseph  Wolpe,  Albert Bandura, Albert Ellis, Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold Lazarus, dan J. B. Watson.

Teknik dan Prosedur Terapi Behaviorisme
Salah   satu   sumbangan   terapi   tingkah   laku   adalah   pengembangan prosedur-prosedur terapeutik  yang  spesifik  yang  memiliki  kemungkinan  untuk diperbaiki melalui metode ilmiah. Dalam  terapi  tingkah  laku,  teknik-teknik  spesifik  yang  beragam  bisa digunakan secara sistematis dan hasil-hasilnya bisa dievaluasi.
            Ada beberapa teknik konseling behavioral sebagaimana diungkapkan oleh Gerald Corey (1995) yang dapat diterapkan pada klien kecemasan antara lain:

  • Desensitisasi Sistematik

Asumsi dasar  yang mendasari  teknik desensitisasi sistematika adalah bahwa response terhadap  kecemasan  itu  dapat  dipelajari  atau  dikondisikan, dan  bisa  dicegah  dengan memberi  subtitusi  berupa  suatu  aktivitas  yang sifatnya  memusuhinya.  Stimulus  yang menghasilkan  kecemasan  berkali-kali dilakukan   dengan   latihan   bersantai   sampai hubungan antara   stimulus-stimulus serta responsi terhadap kecemasan itu terhapus. Moris (1986)  membuat  garis  besar  tentang  desensitisasi  sistematik  menjadi tiga langkah :
1)      Latihan bersantai
Selama  bebrapa  sesi  permulaan  klien  diberi  pelajaran  bagaimana caranya  bersantai. Sasarannya  adalah  agar  oto-otot menjadi  kendor  dan mental   menjadi   santai   dan mudah   dipelajari.   Setelah klien   belajar bersantai,  maka  yang  terpenting  adalah klien  mempraktekannya  seriap hari agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal. 
2)      Pengembangan hierarki kecemasan.
Stimulus  yang  menyulut  kecemasan  pada  kawasan  tertentu  seperti penolakan, kecemburuan,  kritikan,  ketidaksetujuan, atau  fobia  yang  lain, dianalisis.   Konselor   menyusun   daftar   urutan   situasi yang   menyulut timbulnya  kecemasan  dan  penampikkan  yang  makin  meningkat.  Hierarki itu  diatur  dalam  urutan-urutan  mulai dari  situasi  yang  terburuk  yang  bisa dibayangkan  oleh  klien  sampai  kesituasi  yang menimbulkan  kecemasan yang paling sedikit.
3)      Disentisiasi sistematik yang tepat.
Proses  desentisisasi  dimulai  dengan  klien  yang  telah  santai  dengan sempurna dengan  mata  tertutup. Skenario netral dikemukakan,  dan  klien diminta  untuk membayangkannya. Apabila klien tetap santai, diminta untuk membayangkan scenario yang    paling    sedikit    menimbulkan kecemasan dalam hirarki kecemasan yang telah dikembangkan. Konselor bergerak  maju  dalam  hierarki  sampai  klien  memberi  isyarat  bahwa  pada situasi  itulah  klien  mengalami  kecemasan  dan  pada  saat  itu skenario dihentikan.  Kemudian  pengendoran  ketegangan  dimulai lagi,  dan  klien melanjutkan  naik  kehierarki  diatasnya.  Penanganan  berhenti  manakala klien  tetap dalam  keadaan  santai  pada  saat  ia  membayangkan  skenario dimana    dulu    pernah merupakan keadaan  yang paling banyak mengganggu dan menimbulkan kecemasan.

  • Metode Pemodelan

Istilah pemodelan, juga berarti belajar dengan mengamati menirukan, dan belajar sosialisasi.  Permodelan  adalah  proses  berbuat  yang  dilakukan  oleh perilaku   seseorang individu   atau   kelompok   (model)   sebagai   stimulus terjadinya pikiran, sikap, dan perilaku yang serupa dipihak pengamat. Melalui proses    belajar    dengan    mengamati klien    sendiri    bisa belajar    untuk menunjukan  perbuatan  yang  dikehendaki  tanpa harus  belajar  lewat trial  and error.

  • Watson   dan   Trap   memberikan   sebuah   model   yang   didesain   untuk perubahan yang diarahkan sendiri, yaitu ada empat tahap :

1)      Penyaringan sasaran
2)      Menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan
3)      Memantau perkembangan diri sendiri
4)      Menyelesaikan rencana perubahan
Selain  keempat  langkah  itu  ada  metode  penguatan  diri  sendiri  yang sangat   mendukung dalam   keberhasilan   proses   konseling.   Penggunaan penguatan  untuk  merubah  perilaku  adalah memilih  pengganjaran  pada  diri sendiri yang tepat, yaitu memberi motivasi secara pribadi.

Daftar Pustaka
Mohamad Surya. (2003). Teori-teori konseling. Bandung: CV Pustaka Bani.
Pihasniwati. 2008. Psikologi konseling. Yogyakarta: Teras.
Quraisy. Rosjidan, (1985).  Pengantar teori-teori konseling.  Jakarta:  Departemen  Pendidikan
dan Kebudayaan.

0 comments:

三九

三九