Thursday, 31 March 2016

Client Centered Therapy




PSIKOTERAPI
Client Centered Therapy

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiAGJxl3tv1RZX_VuMKmGIlM9UoInuN9zDrIM7QxGFnlwwL5RGZAm_apDSN4r0kpoirDId9zpiN4teRFraKKjDgFrp9-htqTAouhxliPg5_1nyXUVYWs7hm9pPNzBHLfXJDPQKYmatmlr/s1600/114895642.png

Nama    : Widya Anissa Wiranti
Kelas     : 3PA02
NPM     : 19513264

Universitas Gunadarma




Client-Centered Therapy
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago, anak keempat dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Carl lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya yang selama bertahun-tahun awal kanak-kanaknya. Awalnya Rogers memiliki cita-cita untuk menjadi petani, hingga setelah lulus dari SMA dia melanjutkan ke University of Wisconsin. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Ransom Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy (1951) dan On Becoming a Person (1961).
Carl Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client centered adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Jadi, terapi client centered adalah Terapi yang mendekatkan klien yang diberikan kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Jika mempunyai masalah pada dasarnya klien tetap memiliki potensi dan mampu mengatasinya masalah sendiri.

Tujuan dalam Client Centered Teraphy
http://images.slideplayer.com/8/2349387/slides/slide_9.jpg


  1. Memberi kesempatan dan kebebasan kepada individu untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
  2. Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
  3. Membantu individu mengadakan perubahan.

Ciri-Ciri dalam Client Centered Therapy
Ciri-ciri konseling berpusat pada individu, sebagai berikut :
 http://image.slidesharecdn.com/techniquesperson-centeredpresentation-141014003118-conversion-gate02/95/techniques-person-centered-presentation-4-638.jpg?cb=1413247190
  1.  Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah
  2.  Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek
  3. Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu
  4. Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling
  5. Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
  6. Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
  7. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif.
Peran Konselor dalam Client Centered Teraphy
  1. Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkemabngan konseling tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
  2. Konselor merefleksikan perasaanperasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
  3. Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
  4. Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Sehubungan dengan hal itu, menurut Roger, seorang konselor harus memiliki beberapa syarat, yaitu :
a.       Memiliki sensitivitas dalam hubungan insani
b.      Memiliki sifat yang objektif
c.       Menghormati kemuliaan orang lain

Teknik Konseling dalam Client Centered Teraphy
1.      Acceptance (penerimaan)
2.      Respect (rasa hormat)
3.      Understanding (mengerti, memahami)
4.      Reassurance (menentramkan hati, meyakinkan)
5.      Encouragement (dorongan)
6.      Limited questioning (pertanyaan terbatas)
7.      Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

Prosedur dalam Client Centered Therapy
Tahapan konseling berpusat pada individu, menurut Boy dan Pine (1981) jika dilihat dari apa yang dilakukan konselor dapat di buat dua tahap. Pertama, tahap membangun hubungan terapeutik, menciptakan kondisi fasilitatif dan hubungan yang subtantif seperti empati, kejujuran, ketulusan, penghargaan dan positif tanpa syarat. Tahap Kedua, tahap kelanjutan yang disesuaikan dengan efektifitas hubungan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
http://image.slidesharecdn.com/carlrogersperson-centeredtherapy-130401235904-phpapp02/95/carl-rogers-person-centered-therapy-12-638.jpg?cb=1364860794
Sedangkan jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam proses hubungan konseling dapat di jabarkan bahwa proses konseling dapat di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
  1. Klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami kecemasan, atau kondisi penyesuaian diri tidak baik.
  2. Saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang hsedang dialami, dan menemukan jalan atas kesulitan-kesulitannya.
  3. Pada awal konseling klien menunjukkan perilaku, sikap, dan perasaannya yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor secara permukaan dan belum menyatakan pribadi yang dalam.
  4. Klien mulai menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku, membuka diri terhadap pengalamannya, dan belajar untuk bersikap lebih matang dan lebih teraktualisasi, dengan jalan menghilangkan pengalaman yang dialaminya.


Daftar Pustaka
Ratu, Bau. 2014. PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING. Jurnal Ilmiah Universitas Tadulako. Volume 17, Nomor 3.
Gerald, Corey. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Pihasniwati. 2008. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Teras.

0 comments:

三九

三九