PSIKOTERAPI
Client Centered
Therapy
Nama
: Widya Anissa Wiranti
Kelas : 3PA02
NPM : 19513264
Universitas
Gunadarma
Client-Centered
Therapy
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago,
anak keempat dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia
Cushing Rogers. Carl lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya yang selama
bertahun-tahun awal kanak-kanaknya. Awalnya Rogers memiliki cita-cita untuk
menjadi petani, hingga setelah lulus dari SMA dia melanjutkan ke University of
Wisconsin. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University
of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi
dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang
psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child
Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children
(bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak)
di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak
bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia
menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem
Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas
psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat
sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl
Ransom Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini
bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan
tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut
Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang
penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling
terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling
yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat
terkenal adalah Client-Centered Therapy (1951) dan On Becoming a Person (1961).
Carl
Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya,
pendekatan client centered adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris
bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan
client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk
mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Jadi,
terapi client centered adalah Terapi yang mendekatkan klien yang diberikan kesempatan
untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Jika
mempunyai masalah pada dasarnya klien tetap memiliki potensi dan mampu
mengatasinya masalah sendiri.
Tujuan dalam Client Centered Teraphy
- Memberi kesempatan dan kebebasan kepada individu untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
- Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
- Membantu individu mengadakan perubahan.
Ciri-Ciri dalam Client Centered Therapy
Ciri-ciri
konseling berpusat pada individu, sebagai berikut :
- Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah
- Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek
- Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu
- Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling
- Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
- Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
- Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif.
Peran Konselor dalam Client Centered Teraphy
- Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkemabngan konseling tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
- Konselor merefleksikan perasaanperasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
- Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
- Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Sehubungan dengan hal itu, menurut Roger, seorang konselor harus memiliki beberapa syarat, yaitu :
a. Memiliki sensitivitas dalam hubungan
insani
b. Memiliki sifat yang objektif
c. Menghormati kemuliaan orang lain
Teknik Konseling dalam Client Centered Teraphy
1. Acceptance (penerimaan)
2. Respect (rasa hormat)
3. Understanding (mengerti, memahami)
4. Reassurance (menentramkan hati,
meyakinkan)
5. Encouragement (dorongan)
6. Limited questioning (pertanyaan
terbatas)
7. Reflection (memantulkan pertanyaan
dan perasaan)
Prosedur dalam Client Centered Therapy
Tahapan konseling berpusat pada individu, menurut Boy dan Pine (1981) jika dilihat dari apa yang
dilakukan konselor dapat di buat dua tahap. Pertama, tahap membangun hubungan
terapeutik, menciptakan kondisi fasilitatif dan hubungan yang subtantif seperti
empati, kejujuran, ketulusan, penghargaan dan positif tanpa syarat. Tahap Kedua, tahap kelanjutan yang disesuaikan
dengan efektifitas hubungan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Sedangkan jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam
proses hubungan konseling dapat di jabarkan bahwa proses konseling dapat di
bagi menjadi empat tahap, yaitu :
- Klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami kecemasan, atau kondisi penyesuaian diri tidak baik.
- Saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang hsedang dialami, dan menemukan jalan atas kesulitan-kesulitannya.
- Pada awal konseling klien menunjukkan perilaku, sikap, dan perasaannya yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor secara permukaan dan belum menyatakan pribadi yang dalam.
- Klien mulai menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku, membuka diri terhadap pengalamannya, dan belajar untuk bersikap lebih matang dan lebih teraktualisasi, dengan jalan menghilangkan pengalaman yang dialaminya.
Daftar Pustaka
Ratu,
Bau. 2014. PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING. Jurnal Ilmiah Universitas Tadulako. Volume
17, Nomor 3.
Gerald,
Corey. 2009. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Pihasniwati.
2008. Psikologi Konseling. Yogyakarta:
Teras.
0 comments:
Post a Comment