PSIKOTERAPI
Transpersonal
Nama
: Widya Anissa Wiranti
Kelas : 3PA02
NPM : 19513264
Universitas
Gunadarma
Pengertian Psikologi Transpersonal
Noesjirwan
(2000) mendefinisikan Psikologi Transpersonal diartikan sebagai suatu studi
terhadap potensi tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan
perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan antara spiritual dan
transenden.
Sutich
(dalam Noesjirwan, 2000) mengartikan psikologi transpersonal adalah nama yang
diberikan kepada kekuatan yang baru timbul dalam bidang psikologi, dibentuk
oleh sejumlah psikolog, ahli-ahli pria dan wanita dari bidang lain yang
mempunyai perhatian terhadap kemampuan-kemampuan dan kesanggupankesanggupan
tertinggi manusia yang selama ini tidak dipelajari secara sistematis oleh
psikologi perilaku atau teori-teori psikoanalisis yang klasik maupun yang oleh
psikologi humanistik. Psikologi transpersonal secara khusus memberikan
perhatian kepada studi ilmiah yang empiris dan kepada implementasi yang
bertanggung jawab dari penemuan-penemuan yang relevan bagi pengaktualisasian
diri, transendentasi diri, kesadaran kosmis, fenomenafenomena transendental
yang terjadi pada (atau dialami oleh) perorangan-perorangan atau sekelompok
orang.
Psikologi
Transpersonal merupakan aliran baru dalam Psikologi. Psikologi
Transpersonal mendeklarasikan diri
sebagai Madzhab Ke Empat Psikologi. Psikologi transpersonal, yang sekarang
diperkenalkan sebagai madzhab keempat dalam lapangan psikologi, memulai
khususnya ditingkat universitas, juga menjalar di dunia pendidikan. Tahun 1969,
jurnal Psikologi transpersonal diterbitkan. Tahun 1973, perkumpulan psikologi
transpersonal pertama mengadakan konsferensi di Meulo Park, California. Pada
tahun yang sama juga diadakan konsferensi psikologi transpersonal dan
pendidikan, di universitas Northerm, Illionis, banyak para pendidik tertarik
tentang psikologi transpersonal yang berasal dari berbagai negara. Konsep utama
manusia menurut Psikologi Transpersonal, bahwa manusia tidak hanya mempunyai
kesadaran psiko-fisis, psko-kognitif atau psikohumanistik, namun juga manusia
mempunyai kesadaran yang terdalam dan tinggi sifatnya. Sedangkan metode psikologi
transpersonal, oleh karena berbeda sama sekali dengan metode pada aliran
psikologi yang sudah kita kenal sekalam ini. Metode itu antara lain Zen,
semedi, Psikosintesis, Yoga, sufisme, dan Budisme.
McWaters
(1975) sebagai salah satu tokoh Psikologi Transpersonal dalam tulisannya pernah
menyatakan : Lebih suatu mimpi bagi psikologi, bahwa ternyata konsep tentang
psikologi transpersonal, yang konsep awalnya hanya merupakan ide-ide lepas,
yang dikumpulkan dari berbagai ide ke dalam tipologi baru dari domain
psikologi, ternyata bisa merubah pandangan kita tentang manusia secara
revolusioner. McWaters memulai dengan
pengamatan bahwa banyak para psikolog transpersonal akan mengakui bahwa ada banyak pengalaman manusia yang
dapat kita catat, tidak hanya merupakan pengalaman empiris – inderawi atau
kognitif-logik, tapi lebih dari itu, yaitu pengalaman batin (spiritual). Mereka
mencoba membawa realitas spiritual ini termasuk dalam bagian domain psikologi.
Ini memperluas isi dari psikologi, terutama lapangan psikologi pendidikan. Jika
kita sebagai manusia mampu belajar tentang berbagai kemampuan sebagaimana yang
dikatakan McWaters, kemudian beberapa fenomena psikologis tentang manusia akan
termasuk bagian dari keseluruhan itu. Tiba-tiba kita melihat bahwa konsentrasi
kurikulum kita sekarang hanya mengungkap sebagain kecil dari kemampuan kita.
Apa yang kita fikir adalah hanya memadamkan horison dari kemampuan dan belajar
kita tentang latar depan kemampuan kita, yaitu tentang kemampuan kognitif-logik
dan teknologik-ketrampilan. Kita hidup pada saat perubahan cepat yang
mengkhawatirkan. Hari ini, dalam perbedaan untuk meraih era yang lebih stabil
dan konservatif, hampir semua bidang manusia terbuka untuk dipertanyakan.
Sebagai pengetahuan tentang realitas eksternal maupun internal menjadi
bertambah besar. Manusia barat sekarang sedang meringkas penelitiannya ke dalam
dirinya-dunia terdalam (spiritual) pada kemanusiaannya, setelah berhasil
membuka “seluruh” misteri hidup alam
fisis dan alam logic.
Dalam
5 tahun lalu ada kebangkitan baik penggalian tentang pribadi maupun pencarian
pengalaman dari suasana perubahan kesadaran. Suasana kesadaran ini, dimana
pengalaman individu itu sendiri melebihi batas dari kebangkitan kesadaran yang
biasa atau umum. Gejala psikis, seperti kewaskitaan dan proyeksi bintang
(astronomi). Dan gejala religius, seperti khutbah dan penyatuan mistis, sebagai
contoh pengalaman transpersonal. Seluruh negeri, baik individu maupun kelompok,
khususnya pemuda, mencoba dengan leluasa
dengan berbagai metode untuk
mempertinggi kemampuan pengalaman transpersonal. Metode ini termasuk berbagai
latihan induksi obat, bio feedback, menari dan meditasi (Bagai metode
transpersonal umum) atau dzikir dan sholat (sebagai metode Islam) Psikologi
transpersonal, yang sekarang diperkenalkan sebagai madzhab keempat dalam
lapangan psikologi, memulai khususnya di tingkat universitas, juga menjalar di
dunia pendidikan. Tahun 1969, jurnal Psikologi transpersonal diterbitkan. Tahun
1973, perkumpulan psikologi transpersonal pertama mengadakan konsferensi di
Meulo Park, California (Waters, 1990). Pada tahun yang sama juga diadakan
konferensi psikologi transpersonal dan pendidikan, di universitas Northerm,
Illionis, banyak para pendidik tertarik tentang psikologi transpersonal , yang
berasal dari berbagai negara.
Model Psikoterapi Transpersonal
Bersadarkan pengalaman dalam mempraktekkan psikoterapi transpersonal, dapat dikembangkan model psikoterapi transpersonal seperti pada Gambar 1. Teknik-teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasi (tarikan nafas), terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual bibliothetapy. Dengan menangani beragam kasus seperti diabetes melitus, obesitas, korban KDRT, psikosomatis, korban poligami, dan korban perselingkuhan; dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go, adanya penilaian, perlu tidaknya terapi melakukan intervensi secara direktif atau tidak, dan fenomena sistem COEX.
Keterlibatan
emosi dan perasaan serta letting go
Pada
kasus yang melibatkan emosi berkaitan dengan perasaan-perasaan, hasrat,
keinginan (will menurut Assagioli
atau desire menurut Hawkins, 2005). Proses
letting go dapat dilakukan melalui perasaan yang terdalam (the deepest feeling), situasi (scene
menurut Mahrer, 2002; Mahrer dalam Wedding & Corsini, 2005) dan sub
kepribadian (Rueffler, 2006). Sementara pada kasus diabetes melitus dan obesitas,
pengalaman perubahan kesadaran (altered
state of consciousness experience) sangat diperlukan sebelum dilakukan
visualisasi.
Istilah
letting go yang paling banyak dibahas
dalam makalah ini seringkali
dipertukarkan dengan release
yang memiliki makna yang sama, yaitu: melepaskan. Corey (2005) menggunakan
istilah letting go dalam pengertian melepaskan, berkaitan dengan luka dan
dendam, dan rasa bersalah, serta pola-pola yang merusak diri sendiri seperti
pikiran, perasaan, dan perilaku.
Adanya penilaian
Adanya
penilaian pada saat latihan awal teknik-teknik kesadaran. Yang sebenarnya
dibutuhkan dalam latihan meditasi atau teknik kesadaran lainnya adalah penerimaan
dan bukannya penilaian atau jugdement (Kabat-Zinn, 2003; Riskin, 2004; Grossman, Niemann, Schmidt
& Walach, 2004; Shapiro, Astin, Bishop & Cordova, 2005; Toneatto,
Vettese & Nguyen, 2007). Ada tidaknya penilaian ini akan berpengaruh pada proses
terapi selanjutnya. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi penilaian (atau
dalam istilah Dwoskin adalah resistensi) adalah juga dengan letting go seperti
disajikan terdahulu.
Perlu tidaknya terapi melakukan intervensi secara
direktif atau tidak
Assagioli
(dalam Kyle, 2004) membuat kontinum antara direktif dan non direktif sebagai
bagian dari terapis berkaitan dengan kliennya. Menurut Rowan (1993),
psikoterapi transpersonal berkaitan dengan seseorang yang ingin membuka sesuatu
dalam dirinya. Teknik spiritualitas atau kesadaran juga bicara tentang seorang
yang ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Oleh karena itu kontinum direktif
amat dipengaruhi oleh keterbukaan klien.
Fenomena sistem COEX
Keempat,
adalah intensitas latihan teknik kesadaran yang dilakukan oleh klien berkaitan dengan
proses terapinya. Dalam proses terapi yang dilakukan secara intensif adakalanya
diikuti dengan pengalaman kondensasi, gejala fisik, dan ketegangan. Fenomena
sistem COEX (condensed experience), yaitu kumpulan ingatan dari beragam
periode kehidupan individu yang ditandai oleh adanya ”serangan emosional yang kuat”
(Kjellgren & Norlander, 2001). Klien dengan pengalaman seperti ini
seyogyanya diberikan penjelasan bahwa hal ini memang bisa saja terjadi dan tidak
menganggap dirinya psikosis. Sementara jika muncul gejala fisik dan ketegangan,
latihan-latihan teknik letting go dapat dilakukan kembali, dimana pada kasus ketegangan
pendampingan selama terapi harus dilakukan.
Daftar Pustaka
Mujidin.
2005. GARIS BESAR PSIKOLOGI TRANSPERSONAL: PANDANGAN TENTANG MANUSIA
DAN METODE PENGGALIAN
TRANSPERSONAL SERTA APLIKASINYA DALAM DUNIA PENDIDIK. Humanitas : Indonesian Psychological Journal. Vol. 2, No.1, 54- 64.
Prabowo,
Hendro. 2007. MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi,
Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007.
Vol. 2, 59-64.
Prabowo,
Hendro. 2008. TEMA-TEMA SUBKEPRIBADIAN DALAM PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 1, 84-90.
0 comments:
Post a Comment