Thursday, 17 March 2016

Transpersonal


PSIKOTERAPI
Transpersonal

http://previews.123rf.com/images/radiantskies/radiantskies1211/radiantskies121103525/16578648-Abstract-word-cloud-for-Transpersonal-psychology-with-related-tags-and-terms-Stock-Photo.jpg 

Nama    : Widya Anissa Wiranti
Kelas     : 3PA02
NPM     : 19513264
Universitas Gunadarma


Pengertian Psikologi Transpersonal
Noesjirwan (2000) mendefinisikan Psikologi Transpersonal diartikan sebagai suatu studi terhadap potensi tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan antara spiritual dan transenden.
Sutich (dalam Noesjirwan, 2000) mengartikan psikologi transpersonal adalah nama yang diberikan kepada kekuatan yang baru timbul dalam bidang psikologi, dibentuk oleh sejumlah psikolog, ahli-ahli pria dan wanita dari bidang lain yang mempunyai perhatian terhadap kemampuan-kemampuan dan kesanggupankesanggupan tertinggi manusia yang selama ini tidak dipelajari secara sistematis oleh psikologi perilaku atau teori-teori psikoanalisis yang klasik maupun yang oleh psikologi humanistik. Psikologi transpersonal secara khusus memberikan perhatian kepada studi ilmiah yang empiris dan kepada implementasi yang bertanggung jawab dari penemuan-penemuan yang relevan bagi pengaktualisasian diri, transendentasi diri, kesadaran kosmis, fenomenafenomena transendental yang terjadi pada (atau dialami oleh) perorangan-perorangan atau sekelompok orang.

Sejarah Psikologi Transpersonal


http://image.slidesharecdn.com/pptpkchapter6bukuke1-141123082321-conversion-gate01/95/ppt-pk-chapter-6-buku-ke-1-4-638.jpg?cb=1416731012

Psikologi Transpersonal merupakan aliran baru dalam Psikologi. Psikologi Transpersonal  mendeklarasikan diri sebagai Madzhab Ke Empat Psikologi. Psikologi transpersonal, yang sekarang diperkenalkan sebagai madzhab keempat dalam lapangan psikologi, memulai khususnya ditingkat universitas, juga menjalar di dunia pendidikan. Tahun 1969, jurnal Psikologi transpersonal diterbitkan. Tahun 1973, perkumpulan psikologi transpersonal pertama mengadakan konsferensi di Meulo Park, California. Pada tahun yang sama juga diadakan konsferensi psikologi transpersonal dan pendidikan, di universitas Northerm, Illionis, banyak para pendidik tertarik tentang psikologi transpersonal yang berasal dari berbagai negara. Konsep utama manusia menurut Psikologi Transpersonal, bahwa manusia tidak hanya mempunyai kesadaran psiko-fisis, psko-kognitif atau psikohumanistik, namun juga manusia mempunyai kesadaran yang terdalam dan tinggi sifatnya. Sedangkan metode psikologi transpersonal, oleh karena berbeda sama sekali dengan metode pada aliran psikologi yang sudah kita kenal sekalam ini. Metode itu antara lain Zen, semedi, Psikosintesis, Yoga, sufisme, dan Budisme.

McWaters (1975) sebagai salah satu tokoh Psikologi Transpersonal dalam tulisannya pernah menyatakan : Lebih suatu mimpi bagi psikologi, bahwa ternyata konsep tentang psikologi transpersonal, yang konsep awalnya hanya merupakan ide-ide lepas, yang dikumpulkan dari berbagai ide ke dalam tipologi baru dari domain psikologi, ternyata bisa merubah pandangan kita tentang manusia secara revolusioner. McWaters memulai  dengan pengamatan bahwa banyak para psikolog transpersonal akan mengakui  bahwa ada banyak pengalaman manusia yang dapat kita catat, tidak hanya merupakan pengalaman empiris – inderawi atau kognitif-logik, tapi lebih dari itu, yaitu pengalaman batin (spiritual). Mereka mencoba membawa realitas spiritual ini termasuk dalam bagian domain psikologi. Ini memperluas isi dari psikologi, terutama lapangan psikologi pendidikan. Jika kita sebagai manusia mampu belajar tentang berbagai kemampuan sebagaimana yang dikatakan McWaters, kemudian beberapa fenomena psikologis tentang manusia akan termasuk bagian dari keseluruhan itu. Tiba-tiba kita melihat bahwa konsentrasi kurikulum kita sekarang hanya mengungkap sebagain kecil dari kemampuan kita. Apa yang kita fikir adalah hanya memadamkan horison dari kemampuan dan belajar kita tentang latar depan kemampuan kita, yaitu tentang kemampuan kognitif-logik dan teknologik-ketrampilan. Kita hidup pada saat perubahan cepat yang mengkhawatirkan. Hari ini, dalam perbedaan untuk meraih era yang lebih stabil dan konservatif, hampir semua bidang manusia terbuka untuk dipertanyakan. Sebagai pengetahuan tentang realitas eksternal maupun internal menjadi bertambah besar. Manusia barat sekarang sedang meringkas penelitiannya ke dalam dirinya-dunia terdalam (spiritual) pada kemanusiaannya, setelah berhasil membuka “seluruh”  misteri  hidup alam  fisis dan alam logic.
Dalam 5 tahun lalu ada kebangkitan baik penggalian tentang pribadi maupun pencarian pengalaman dari suasana perubahan kesadaran. Suasana kesadaran ini, dimana pengalaman individu itu sendiri melebihi batas dari kebangkitan kesadaran yang biasa atau umum. Gejala psikis, seperti kewaskitaan dan proyeksi bintang (astronomi). Dan gejala religius, seperti khutbah dan penyatuan mistis, sebagai contoh pengalaman transpersonal. Seluruh negeri, baik individu maupun kelompok, khususnya  pemuda, mencoba dengan leluasa dengan  berbagai metode untuk mempertinggi kemampuan pengalaman transpersonal. Metode ini termasuk berbagai latihan induksi obat, bio feedback, menari dan meditasi (Bagai metode transpersonal umum) atau dzikir dan sholat (sebagai metode Islam) Psikologi transpersonal, yang sekarang diperkenalkan sebagai madzhab keempat dalam lapangan psikologi, memulai khususnya di tingkat universitas, juga menjalar di dunia pendidikan. Tahun 1969, jurnal Psikologi transpersonal diterbitkan. Tahun 1973, perkumpulan psikologi transpersonal pertama mengadakan konsferensi di Meulo Park, California (Waters, 1990). Pada tahun yang sama juga diadakan konferensi psikologi transpersonal dan pendidikan, di universitas Northerm, Illionis, banyak para pendidik tertarik tentang psikologi transpersonal , yang berasal dari berbagai negara.

Model Psikoterapi Transpersonal

Bersadarkan pengalaman dalam mempraktekkan psikoterapi transpersonal,  dapat dikembangkan model psikoterapi transpersonal seperti pada Gambar 1. Teknik-teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasi (tarikan nafas), terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual bibliothetapy. Dengan menangani beragam kasus seperti diabetes melitus, obesitas, korban KDRT, psikosomatis, korban poligami, dan korban perselingkuhan; dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go, adanya penilaian, perlu tidaknya terapi melakukan intervensi secara direktif atau tidak, dan fenomena  sistem COEX.
*      Keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go
Pada kasus yang melibatkan emosi berkaitan dengan perasaan-perasaan, hasrat, keinginan (will menurut Assagioli atau desire menurut Hawkins, 2005). Proses letting go dapat dilakukan melalui perasaan yang terdalam (the deepest feeling), situasi (scene menurut Mahrer, 2002; Mahrer dalam Wedding & Corsini, 2005) dan sub kepribadian (Rueffler, 2006). Sementara pada kasus diabetes melitus dan obesitas, pengalaman perubahan kesadaran (altered state of consciousness experience) sangat diperlukan sebelum dilakukan visualisasi.
Istilah letting go yang paling banyak dibahas dalam makalah ini seringkali  dipertukarkan dengan release yang memiliki makna yang sama, yaitu: melepaskan. Corey (2005) menggunakan istilah letting go dalam pengertian melepaskan, berkaitan dengan luka dan dendam, dan rasa bersalah, serta pola-pola yang merusak diri sendiri seperti pikiran, perasaan, dan perilaku.
*      Adanya  penilaian
Adanya penilaian pada saat latihan awal teknik-teknik kesadaran. Yang sebenarnya dibutuhkan dalam latihan meditasi atau teknik kesadaran lainnya adalah penerimaan dan bukannya penilaian atau jugdement (Kabat-Zinn, 2003;  Riskin, 2004; Grossman, Niemann, Schmidt & Walach, 2004; Shapiro, Astin, Bishop & Cordova, 2005; Toneatto, Vettese & Nguyen, 2007). Ada tidaknya penilaian ini akan berpengaruh pada proses terapi selanjutnya. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi penilaian (atau dalam istilah Dwoskin adalah resistensi) adalah juga dengan letting go seperti disajikan terdahulu.
*      Perlu  tidaknya terapi melakukan intervensi secara direktif atau tidak
Assagioli (dalam Kyle, 2004) membuat kontinum antara direktif dan non direktif sebagai bagian dari terapis berkaitan dengan kliennya. Menurut Rowan (1993), psikoterapi transpersonal berkaitan dengan seseorang yang ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Teknik spiritualitas atau kesadaran juga bicara tentang seorang yang ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Oleh karena itu kontinum direktif amat dipengaruhi oleh keterbukaan klien.
Fenomena  sistem COEX
Keempat, adalah intensitas latihan teknik kesadaran yang dilakukan oleh klien berkaitan dengan proses terapinya. Dalam proses terapi yang dilakukan secara intensif adakalanya diikuti dengan pengalaman kondensasi, gejala fisik, dan ketegangan.  Fenomena  sistem COEX (condensed experience), yaitu kumpulan ingatan dari beragam periode kehidupan individu yang ditandai oleh adanya ”serangan emosional yang kuat” (Kjellgren & Norlander, 2001). Klien dengan pengalaman seperti ini seyogyanya diberikan penjelasan bahwa hal ini memang bisa saja terjadi dan tidak menganggap dirinya psikosis. Sementara jika muncul gejala fisik dan ketegangan, latihan-latihan teknik letting go dapat dilakukan kembali, dimana pada kasus ketegangan pendampingan selama terapi harus dilakukan.


Daftar Pustaka

Mujidin. 2005. GARIS BESAR PSIKOLOGI TRANSPERSONAL: PANDANGAN TENTANG  MANUSIA  DAN METODE  PENGGALIAN TRANSPERSONAL SERTA APLIKASINYA DALAM DUNIA PENDIDIK. Humanitas : Indonesian Psychological Journal. Vol. 2, No.1, 54- 64.
Prabowo, Hendro. 2007. MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007. Vol. 2, 59-64.
Prabowo, Hendro. 2008. TEMA-TEMA SUBKEPRIBADIAN DALAM PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 1, 84-90.

0 comments:

三九

三九