Tuesday, 10 November 2015

Review dan Analisis Film Tentang Kepemimpinan “ A Bugs Life “


Review dan Analisis Film Tentang Kepemimpinan “ A Bugs Life
Psikologi Manajemen

Dosen Pengampu
Ade Irma Suryani

 

Disusun Oleh Kelompok Melati

Ade Nurul Oktaviana (10513148)
Jojor Lamria (14513665)
Mariska Wisnu Dwipratiwi (15513298)
Widya Anissa Wiranti (19513264)
Yulia Wirantri Farhani (19513549)

Kelas
3PA02

Universitas Gunadarma

Review Film Tentang Kepemimpinan
A Bugs Life

            Penduduk negeri semut selalu mencari makan secara bergotong royong. Tetapi, makanan yang dikumpulkan dengan susah payah ini, sering dijarah oleh gerombolan belalang yang dipimpin Hopper. Karena kecil dan lemah, mereka juga ditindas dan dipaksa menyediakan makanan untuk para belalang tamak tersebut. Salah seorang warga semut bernama Flik suatu hari membuat bencana ketika secara tidak sengaja ia membuang makanan yang seharusnya disediakan untuk para belalang tersebut. Flik kemudian pergi mencari serangga-serangga buas untuk melawan Hopper. Tapi yang dibawa pulang Flik hanyalah kutu-kutu pemain sirkus yang dikira prajurit perang. Sehingga Flik terpaksa menipu seluruh masyarakat semut untuk meyakinkan bahwa serangga yang dibawa Flik adalah serangga prajurit.
            Lalu, Flik punya ide baru yaitu membuat burung tiruan untuk menakut-nakuti gerombolan belalang. Namun setelah burung tersebut jadi, rencana itu sempat gagal karena P.T.Flea, si pemimpin sirkus tiba-tiba datang. Masyarakat semut marah besar setelah tahu hal tersebut. Flik dan kutu-kutu itu pun diusir. Kemudian para semut terpaksa melanjutkan pengumpulan makanan untuk belalang. Sayangnya, daun terakhir telah gugur, dan Hopper kembali ke negeri semut bersama dengan pasukkannya. Hopper marah karena melihat sedikitnya jumlah makanan, dan mengancam akan membunuh ratu semut.
            Atas permintaan Putri Dot, Flik kembali lagi ke negeri asalnya. Flik bersama serangga sirkus panggilannya pun meneruskan atraksi burung tiruan itu. Ketika diterbangkan, gerombolan belalang itu lari kocar-kacir ketakutan. Namun, masalah terjadi karena burung tiruan itu jatuh setelah dibakar oleh P.T. Flea yang mengira burung tersebut sungguhan. Hopper pun sadar bahwa dirinya telah dibohongi. Hopper pun bertambah marah. Flik spun memberanikan diri untuk menantang Hopper. Keberanian Flik ternyata menyadarkan masyarakat semut untuk bersatu melawan gerombolan belalang.
            Para gerombolan belalang pun kabur, dan Hopper digiring ke meriam. Kemudian, hujan pun turun, dan salah seekor kumbang terjatuh terkena tetesan air hujan, dan jatuh tepat pada pemicu yang menyebabkan Hopper terlepas dan langsung menyambar Flik, Dengan cerdik, Flik bersama dengan Putri Atta memancing Hopper ke arah sarang burung. Hopper yang sedang marah pun tak sadar didekatnya ada burung yang siap menyantapnya. Hopper pun habis dimakan burung.

Analisis Film Tentang Kepemimpinan
A Bugs Life
Teori Rensis Likert (System IV)

Likert (dalam Chitrawanty, 2014) menyatakan bahwa umumnya seorang pemimpin menggunakan empat gaya komunikasi, yaitu :

1.      System I (Authoritarian)
Pemimpin System I ini bersifat task oriented, sangat terstruktur, dan otoriter. Hubungan interpersonal tidaklah begitu penting. Pemimpin System I memiliki tingkat kepercayaan yang sangat kecil terhadap bawahannya dan tidak melibatkan mereka di dalam pengambilan keputusan. Bawahan bekerja dengan iklim yang terintimidasi dan rasa takut. Komunikasi hanya berjalan dari atasan kebawahan saja mengikuti rantai kepemerintahan.
Dalam film A Bugs Life, sifat pemimpin system I ditunjukan dengan karakter Hopper. Hopper adalah pemimpin gerombolan belalang yang sering menjarah makanan yang dikumpulkan penduduk negeri semut secara bergotong royong. Karena kecil dan lemah, mereka juga ditindas dan dipaksa menyediakan makanan untuk para belalang tamak tersebut.

2.      System II (Controlling)
Pemimpin System II bersifat task oriented, namun juga mengontrol organisasi atau unit di dalamnya, bersifat sedikit otoriter. Pemimpin merendahkan bawahan dan walaupun tidak terlalu ketat, ia juga memiliki ketidakpercayaan kepada bawahannya. Bawahan memiliki izin untuk berpendapat pada saat pengambilan keputusan, namun permasalahan organisasi diselesaikan seluruhnya oleh jajaran atas perusahan. Meskipun sebagian besar arus komunikasinya dari atasan kepada bawahan, tetapi beberapa interaksi masih terlihat langsung antara jajaran atas perusahaan dan jajaran bawah perusahaan.
Dalam film A Bugs Life, Flik mempunyai ide untuk mengusir belalang dengan membuat burung tiruan dengan menggunakan ranting dan dedaunan, rencana itu sempat gagal karena P.T.Flea yang tiba-tiba datang, dan semua masyarakat semut mengusir flik dan para kutu-kutu sirkus , Kemudian para semut terpaksa melanjutkan pengumpulan makanan untuk belalang. Sayangnya, daun terakhir telah gugur, dan Hopper kembali ke negeri semut bersama dengan pasukkannya. Hopper marah karena melihat sedikitnya jumlah makanan, dan mengancam akan membunuh ratu semut.

3.      System III (Collaborative)
Pemimpin System III secara terbuka menempatkan keyakinan dan kepercayaan kepada bawahannya. Seorang atasan mengontrol bawahan melalui negosiasi dan kolaborasi. Bawahan memiliki hak untuk berpendapat dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut persoalan kerja mereka. Arus komunikasi mengalir secara relatif dua arah, yaitu dari atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan dalam hierarki organisasi.
Dalam film A Bugs Life, atas permintaan Putri Dot, Flik kembali lagi ke negeri asalnya. Flik bersama serangga sirkus panggilannya pun meneruskan atraksi burung tiruan itu. Ketika diterbangkan, gerombolan belalang itu lari kocar-kacir ketakutan. Namun, masalah terjadi karena burung tiruan itu jatuh setelah dibakar oleh P.T. Flea yang mengira burung tersebut sungguhan. Hopper pun sadar bahwa dirinya telah dibohongi. Hopper pun bertambah marah. Flik spun memberanikan diri untuk menantang Hopper. Keberanian Flik ternyata menyadarkan masyarakat semut untuk bersatu melawan gerombolan belalang.

4.      System IV (Nurturing)


Pemimpin System IV berkonsentasi pada hubungan baik dengan atasan sekaligus bawahan mereka. Mereka memelihara keyakinan dan kepercayaan kepada bawahannya serta memberi mereka motivasi dan semangat dalam proses pengambilan keputusan di seluruh jajaran perusahaan. Pemimpin System IV tidak menggunakan rasa takut, intimidasi, dan ancaman. Motivasi para pekerja dihasilkan dari partisipasi mereka dalam mencapai target organisasi. Proses pertukaran pesan yang terjadi di dalamnya bersifat bebas dan sangat terbuka baik dari atasan ,bawahan, juga keduanya.

0 comments:

三九

三九