Sejarah
Situ Mangga Bolong
Berbagai cerita
berkaitan dengan banyaknya mahluk halus dan penghuni Situ kerap terdengar,
sehingga sering menjadi cerita menakutkan. Padahal, tempat ini berpotensi
menjadi tempat wisata dan perairan di daerah sekitar sebagai salah satu
pencegah banjir. Secara perlahan-lahan,
perubahan dan keangkeran kawasan itu mulai punah sejalan dengan upaya Pemda DKI
Jakarta melakukan penataan lingkungan, penataan kawasan di Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan ini.
KAWASAN ini dulunya
dianggap warga sekitar sebagai daerah angker dan jarang dikunjungi.Padahal,
tempat tersebut banyak menyimpan keindahan yang sangat mempesona. Berbagai
cerita berkaitan dengan banyaknya mahluk halus dan penghuni Setu kerap
terdengar, sehingga sering menjadi cerita menakutkan.
Namun
secara perlahan-lahan, perubahan dan keangkeran kawasan itu mulai punah sejalan
dengan upaya Pemda DKI Jakarta melakukan penataan lingkungan, penataan kawasan
di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini.
Keberadaan Setu Mangga Bolong yang memiliki luas 17 Ha lebih luas dibanding Setu Babakan hanya 15 Ha dengan kondisi air tidak pernah kering atau surut.
Keberadaan Setu Mangga Bolong yang memiliki luas 17 Ha lebih luas dibanding Setu Babakan hanya 15 Ha dengan kondisi air tidak pernah kering atau surut.
Hal itu
tak berlangsung lama karena sekitar tahun 1970-an ke dua setu mulai terpisah
dengan sendirinya. Berawal dari bagian hulu yang lahanya mulai digarap warga
untuk perkebunan karena kondisi setu semakin dangkal.
"Ini
yang membuat perubahan di kawasan itu terus terjadi," tutur seorang nenek
yang memiliki lima cucu dan penduduk asli Jagakarsa.
Kebutuhan
akan pekerjaan dan bercocok tanam semakin menambah susut luas dua setu
tersebut. Hasilnya yang sekarang ini luas setu yang ada airnya hanya sekitar 17
ha, selebihnya sudah dibangun bangunan rumah, jalan, sawah, dan perkebunan.
Sejalan
dengan perkembangan zaman, daerah ini kini tak lagi seseram tahun 1960-an
karena sudah padat penduduk. Bahkan, sejak dijadikannya kawasan tersebut
sebagai Perkampungan Budaya Betawi, praktis kawasan Setu Babakan ramai dan tak
jarang dijadikan ajang memadu kasih diantara remaja.
Menurut pengamatan kami, keadaan situ sudah mulai membaik
hanya saja upaya pemerintah seakan berhenti di tengah jalan. Ini terlihat dari
keadaan situ yang belum semua tepiannya dibeton. Ditambah lagi beton yang ada
mulai terkikis dan ditumbuhi lumut yang dapat meyebabkan kerusakan lebih lanjut
apabila pmerintah tidak segera menindaklanjuti proyek pembenahan situ Mangga
Bolong. Pemerintah seakan lebih memperhatikan situ babakan dibandingkan situ
mangga bolong.
Selain itu masalah yang lebih besar adalah sampah yang
berserakan disekitar situ yang disebabkan karena pembuangan sampah sembarangan
di selokan yang mengalir kearah situ mangga bolong. Di tambah lagi adanya
“pembuangan kotoran” yang berada di bagian tepi situ yang belum dibeton. Hal
ini mengakibatkan aroma tidak sedap tercium disekitar situ dan pencemaran air.
Menurut penuturan salah satu warga lahan situ ini tidak
sepadat saat ini, hanya berupa tanah merah yang luas. Kemudia masyarakat
melihat tanah tersebut bisa diberdayakan untuk dijadikan tempat tinggal ataupun
berkebun. Seiring berjalannya waktu mulai banyak pendatang yang menempati lahan
kosong tesebut. Awalnya tempat tinggal mereka hanya berupa gubuk ataupun rumah
semipermanen. Kemuda mereka mengajukan sertifikat kepada pemeintah agar dapat tinggal
lebih lama disana. Namun dmikian, masih ada beberapa warga yang menyewa tanah
di sana.
Menurut penutuan warga yang lain, terdapat lebih dari
tiga RT dan dua RW yang mengelilingi kawasan situ manggabolong ini. Situ ini
juga dijadikan sebagai tempat bersantai oleh warga sekitar, salah satunya
sebagai tempat untuk menyalurkan hobi mereka, yakni memancing dan hasil
pancingannya bisa dijadikan makanan sehari-hari ataupun dijual di warung makan.
Biasanya yang ada di sana adalah ikan mujair. Pernah suatu kali dilepas ikan
lele, namun jarang ada yang bisa mendapatkannya.
Situ ini belum pernah banjir.
Apabila air yang berada di Situ mangga bolong mulai tinggi, maka pintu air
dibuka. Pintu air dibuka dengan tujuan agar air mengalir ke situ babakan,
kemudian dari situ babakan, air dialirkan ke Kali lenteng agung.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Sekitar
tahun 2004-2005, mulai terlihat upaya pemerintah untuk melakukan pembangunan
berupa jogging track, tanggul beton, dan bangku taman serta pagar pembatas
antara jalan dan kawasan situ. Seiring berjalannya waktu pembangunan tersebut
terhenti, salah satunya pada pembuatan jogging track yang di bangun setengah
jalan. Ketidaktertiban warga menyebabkan bangku taman yang disediakan tidak
terawat dan banyak coretan.
Disamping itu, pemerintah telah
mengupayakan untuk menanam pohon di area kawasan situ agar situ tersebut
terlihat lebih asri dan hijau. Tetapi, upaya penanaman tersebut kurang berhasil
dikarenakan masyarakat sekitar kurang peduli dengan situ tersebut. Alhasil,
pohon-pohon tersebut terlihat gundul dan tak terawat.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat sekitar, mereka mengaku bahwa pemerintah sudah memulai upaya
pengerukan sampah yang tergenang di situ tersebut. Namun sepertinya usaha
tersebut dilakukan setengah hati. Ketika kami berkunjung ke situ tersebut, kami
melihat masih banyak sampah tergenang di satu sisi situ, sedangkan sisi yang
lainnya bebas dari sampah. Tetapi, masalah sampah ini sebenarnya harus kita
kembalikan ke masyarakat itu sendiri, karena masih banyak dari mereka yang
membuang sampah sembarangan di kawasan situ.
Foto-Foto yang Kelompok Kami Ambil Saat Melakukan Observasi
Kelompok Kami Saat Sedang Mengamati |
Terdapat Permukiman Warga di pinggiran Situ Mangga Bolong |
Situ Mangga Bolong dijadikan Tempat Pembuangan Sampah |
Tanah-Tanah di sekitar Situ Mangga Bolong Sudah Mulai Rusak |
Situ Mangga Bolong Juga dijadikan Tempat Pemancingan Gratis |
Air di Situ Mangga Bolong Sudah Sangat Kotor (Kuning Kehijauan) |
Tepian di Situ Mangga Bolong Sudah Mulai Rusak Juga |
0 comments:
Post a Comment