Sunday, 17 November 2013

Skizofrenia


  


  Ø Pengertian

Kata skizofrenia berasal dari bahasa Yunani. Skhizein, yang berarti untuk membagi. Phrenos atau Phren yang berarti diafragma, hati, pikiran, jiwa. Pada 1910, psikiater Swiss, Eugen Bleuler (1857-1939), menciptakan istilah skizofrenia dalam sebuah kuliah di Berlin pada 24 April 1908.
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal pikiran, perasaan dan tingkah laku. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali di ikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indera).
Penyebab lain dari skizofrenia adalah pengaruh neurobiologis. Ada beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang menyebabkan skizorenia. Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat di sadari keluarga dan lingkungannya karena di anggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak di obati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera di bawa ke psikiater dan psikolog.

  Ø  Jenis-Jenis Skizofrenia

1.    Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia, dimana penderitanya mengalami waham dan halusinasi yang meneror atau mengintimidasi (misalnya, merasa di awasi secara terus-menerus atau di ikuti ketika pergi kemanapun) dan juga, waham yang membuat penderita meyakini bahwa ia adalah sesosok figur besar (Tuhan, Malaikat, Nabi, panglima besar, dsb).
2.    Skizofrenia tidak teratur
Jenis skizofrenia yang sifatnya di tandai terutama oleh perilaku yang tidak bertujuan dan kekanak-kanakan. Seseorang yang menderita skizofrenia jenis ini sering menunjukkan tanda-tanda emosi dan ekspresi yang tidak sesuai dengan keadaannya. Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering di alami untuk orang yang menderita skizofrenia jenis ini.
3.    Skizofrenia katatonik
Jenis skizofrenia yang di tandai dengan gangguan motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan perilaku menyerang secara fisik terhadap orang lain tanpa alasan. Orang yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala diam dan mempertahankan posisi yang janggal dalam waktu yang lama (stupor, fleksibilitas lilin, negativisme).
4.    Skizofrenia tidak terbedakan
Jenis skizofrenia yang penderitanya memiliki delusi, halusinasi dan perilaku tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, tidak teratur, atau katatonik.
5.    Skizofrenia sisa
Skizofrenia sisa akan di diagnosis ketika setidaknya episode dari salah satu dari empat jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak mempunyai satu gejala positif yang menonjol dan biasanya hanya tinggal gejala negatifnya saja.

  Ø  Gejala-Gejala Skizofrenia

  • ·         Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain :

a.    Ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi : wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh (afek datar).
b.    Penyimpangan komunikasi : pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
c.    Gangguan atensi : penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi (perhatian).
d.    Gangguan perilaku : menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu, dan tak disiplin.

  • ·         Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa di bagi menjadi dua kelas :

1.    Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini di sebut positif, karena merupakan manifestasi jelas yang dapat di amati oleh orang lain.
2.    Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang di maksud di sebut negatif, karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan atau mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang di senangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit di bedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger, atau ADHD, atau gangguan perilaku, dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus di lakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu di perhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang di kombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat di perlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh.


Wirawan Sarwono, Sarlito. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers.

0 comments:

三九

三九