Ø Pengertian
Kata
skizofrenia berasal dari bahasa
Yunani. Skhizein, yang berarti untuk
membagi. Phrenos atau Phren yang berarti diafragma, hati,
pikiran, jiwa. Pada 1910, psikiater Swiss, Eugen Bleuler (1857-1939),
menciptakan istilah skizofrenia dalam
sebuah kuliah di Berlin pada 24 April 1908.
Skizofrenia
adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak
manusia, mempengaruhi fungsi normal pikiran, perasaan dan tingkah laku. Ia
adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan
afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi
normal. Sering kali di ikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indera).
Penyebab
lain dari skizofrenia adalah pengaruh neurobiologis. Ada beberapa teori tentang
pengaruh neurogiologis yang menyebabkan skizorenia. Salah satunya adalah
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Pada
pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang
merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir
serebrospinal.
Skizofrenia
bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun
1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75%
penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan
dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor.
Kondisi penderita sering terlambat di sadari keluarga dan lingkungannya karena
di anggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi
dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak di
obati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi
semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera di
bawa ke psikiater dan psikolog.
Ø Jenis-Jenis
Skizofrenia
1. Skizofrenia
Paranoid
Jenis
skizofrenia, dimana penderitanya mengalami waham dan halusinasi yang meneror
atau mengintimidasi (misalnya, merasa di awasi secara terus-menerus atau di
ikuti ketika pergi kemanapun) dan juga, waham yang membuat penderita meyakini
bahwa ia adalah sesosok figur besar (Tuhan, Malaikat, Nabi, panglima besar,
dsb).
2. Skizofrenia
tidak teratur
Jenis
skizofrenia yang sifatnya di tandai terutama oleh perilaku yang tidak bertujuan
dan kekanak-kanakan. Seseorang yang menderita skizofrenia jenis ini sering
menunjukkan tanda-tanda emosi dan ekspresi yang tidak sesuai dengan keadaannya.
Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering di alami untuk orang yang
menderita skizofrenia jenis ini.
3. Skizofrenia
katatonik
Jenis
skizofrenia yang di tandai dengan gangguan motorik, termasuk kegembiraan
ekstrim dan perilaku menyerang secara fisik terhadap orang lain tanpa alasan.
Orang yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala diam dan
mempertahankan posisi yang janggal dalam waktu yang lama (stupor, fleksibilitas
lilin, negativisme).
4. Skizofrenia
tidak terbedakan
Jenis
skizofrenia yang penderitanya memiliki delusi, halusinasi dan perilaku tidak
teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, tidak
teratur, atau katatonik.
5. Skizofrenia
sisa
Skizofrenia
sisa akan di diagnosis ketika setidaknya episode dari salah satu dari empat
jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak
mempunyai satu gejala positif yang menonjol dan biasanya hanya tinggal gejala
negatifnya saja.
Ø Gejala-Gejala
Skizofrenia
- · Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain :
a. Ketidakmampuan
seseorang mengekspresikan emosi : wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh
(afek datar).
b. Penyimpangan
komunikasi : pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang
(tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
c. Gangguan
atensi : penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan
atensi (perhatian).
d. Gangguan
perilaku : menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa
menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu, dan tak
disiplin.
- · Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa di bagi menjadi dua kelas :
1. Gejala-gejala
Positif
Termasuk
halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini di sebut
positif, karena merupakan manifestasi jelas yang dapat di amati oleh orang
lain.
2. Gejala-gejala
Negatif
Gejala-gejala
yang di maksud di sebut negatif, karena merupakan kehilangan dari ciri khas
atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan atau
mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk
beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang di senangi dan
kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski
bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik
yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit di bedakan
dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger, atau ADHD, atau
gangguan perilaku, dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu,
diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus di
lakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang
bersangkutan.
Pada
remaja perlu di perhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan
berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid
yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain
serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau
tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis
yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa,
pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat
rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang
aneh dan inkoheren.
Tidak
semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi
skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala
skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka
yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu
berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang
seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan
gejala-gejala psikosis.
Penderita
skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari
reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan
terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan
terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan
obat-obatan antipsikotik yang di kombinasikan dengan perawatan terapi
psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat di perlukan oleh
penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita
untuk sembuh.
Wirawan
Sarwono, Sarlito. (2012). Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers.
0 comments:
Post a Comment